RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis. Dolar AS yang sedang bangkit dari keterpurukan, serta penjualan ritel Indonesia yang merosot memberikan tekanan bagi rupiah.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.070/US$, sayangnya level tersebut sekaligus menjadi yang terkuat hari ini. Setelahnya, rupiah berbalik tetapi tidak lama berbalik melemah ke 0,17% ke Rp 14.105/US$, dan tidak pernah lagi masuk ke zona hijau hingga penutupan perdagangan. Posisi rupiah sedikit membaik, di akhir perdagangan berada di level Rp 14.090/US$, melemah 0,07% di pasar spot. Selain rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga tumbang, menjadi indikasi bangkitnya dolar AS. Hingga pukul 15:07 WIB, won Korea Selatan menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,33%. Sementara itu, peso Filipina menjadi yang terbaik hari ini dengan menguat 0,29%, disusul dolar Taiwan 0,15% dan ringgit Malaysia 0,07%. Sementara mata uang lainnya melemah. Indeks dolar AS kemarin menguat 0,13% ke 91,087, penyebabnya perundingan stimulus fiskal di AS yang masih belum ada titik terang hingga saat ini. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini bahkan sudah menguat 3 hari beruntun meski tipis-tipis. Total penguatan selama periode tersebut sebesar 0,43%, setelah merosot 1,2% pada pekan lalu dan menyentuh level terendah dalam 2,5 tahun terakhir. Rupiah sudah mulai terbebani sejak pekan lalu akibat penambahan jumlah kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang mencetak rekor tertinggi di atas 8.000 per hari, dan setelahnya beberapa kali di atas 6.000 kasus, termasuk Rabu kemarin. Pelaku pasar juga was-was akan adanya lonjakan kasus, sebab kemarin diadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang berisiko menimbulkan kerumunan baru. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Oktober 2020 berada di 183,5. Ambles 14,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), lebih dalam ketimbang penurunan September 2020 yang 8,7% YoY Penurunan tersebut terjadi pada mayoritas kelompok yang dipantau seperti makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat kontraksi 5,6% YoY setelah bulan sebelumnya tumbuh 3,1% YoY. Kemudian terjadi penurunan kinerja kelompok peralatan komunikasi dan informasi serta kelompok barang lainnya dari semula masing-masing 22,2% YoY dan 51,8% YoY pada September 2020 menjadi 30,9% YoY dan 53,5% YoY. Untuk November 2020, BI memperkirakan penjualan ritel terkontraksi (tumbuh negatif) lebih dalam lagi yakni 15,7% YoY. Terutama disebabkan penurunan penjualan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi. Selasa lalu BI yang melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2020 sebesar 92. Naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 79. IKK menggunakan angka 100 sebagai titik start. Jika masih di bawah 100, maka artinya konsumen belum optimistis dalam memandang situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan. Jadi sampai bulan lalu, konsumen Tanah Air belum percaya diri, tetapi sudah jauh membaik ketimbang bulan Oktober - RIFAN FINANCINDO Sumber : cnbcindonesia.com
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
February 2022
Categories |