RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Pasar modal cenderung dalam tekanan pada perdagangan Kamis dengan koreksi IHSG, pelemahan rupiah dan campur-aduknya arah obligasi. Di perdagangan penghujung pekan ini, tekanan masih belum reda.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup meninggalkan level psikologis 6.600 kemarin, terkoreksi 1,18% atau 78,1 poin ke 6.524,076. Hanya 152 saham yang menguat, sementara 381 lain melemah dan 131 sisanya stagnan Investor asing berbalik melakukan aksi jual di pasar reguler sehingga membukukan penjualan bersih (net selll) senilai Rp 467,6 miliar. Di seluruh pasar, net sell asing mencapai setengah triliun rupiah atau Rp 504,71 miliar. Nilai perdagangan tercatat sebesar Rp 13,5 triliun saja, dengan transaksi 1,38 juta kali yang melibatkan 21,4 miliar saham. Koreksi IHSG terjadi berbarengan dengan ambruknya indeks bursa saham utama di Asia. Indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 0,96%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,28%, Shanghai Composite China ambruk 1,23%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi hingga 0,53%. Di pasar uang, rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.180/US$ sebelum akhirnya bangkit di menit-menit akhir perdagangan dan stagnan di Rp 14.170/US$ Mayoritas mata uang utama Asia menguat di hadapan dolar AS karena pelaku pasar global menghindari dolar AS dulu jelang rilis pertumbuhan ekonomi yang diprediksi kurang menggemberikan. Hanya yuan China, peso Filipina, dan dolar Taiwan yang melemah. Di kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Mata Uang Garuda berada di level Rp 14.199/dolar AS atau melemah 0,1% dibandingkan posisi hari sebelumnya. Pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pun cenderung beragam. SBN bertenor 1, 3, 10, dan 15 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan pelemahan harga dan kenaikan imbal hasil (yield). Sisanya yakni SBN bertenor 5, 20, 25, dan 30 tahun ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penguatan harga dan penurunan yield. SBN berjatuh tempo 25 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya, yakni sebesar 2,7 basis poin (bp) ke level 7,193%. Sebaliknya, SBN tenor 3 tahun menjadi yang paling besar penguatan yield-nya, yakni 3 bp ke 3,838%. Yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara berbalik menguat 0,5 bp ke 6,158%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1% - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA Sumber : cnbcindonesia.com
0 Comments
RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas stabil pada Rabu karena pelemahan dolar dan turunnya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) menjelang pertemuan kebijakan bank sentral di dunia.Harga emas di pasar spot naik 0,1% jadi US$ 1.784,66 per ons setelah jatuh 0,6% di awal sesi. Sementara harga emas berjangka AS melemah 0,1% jadi US$ 1.791,40.
Indeks dolar turun 0,1% terhadap mata uang lainnya, sedangkan acuan imbal hasil obligasi AS 10 tahun merosot ke level terendah 1 minggu, mengurangi biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil. Pasar memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih tinggi untuk 2022 ... (dengan) beberapa investor memproyeksi bahwa Fed dapat menaikkan suku bunga dua kali tahun depan," kata Kepala Strategi Pasar Komoditas di Bank of China International, Xiao Fu - RIFAN FINANCINDO Sumber : beritasatu.com RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Saham di Asia-Pasifik beragam pada perdagangan Kamis pagi meskipun kenaikan semalam di Wall Street yang membuat Dow Jones Industrial Average naik ke level tertinggi baru sepanjang masa.
Di Jepang, Nikkei 225 tergelincir 0,64% di awal perdagangan sementara indeks Topix turun 0,36%. Kospi Korea Selatan naik 0,3% lebih tinggi. Saham Australia diredam karena S&P/ASX 200 diperdagangkan sedikit berubah. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,09% lebih tinggi. Dow Jones Industrial Average naik 152,03 poin semalam menjadi 35.609,34 setelah menyentuh tertinggi sepanjang masa di awal sesi. S&P 500 naik 0,37% menjadi 4.536,19 sementara Nasdaq Composite tertinggal, tergelincir sedikit ke 15.121,68. Bitcoin menyentuh tertinggi sepanjang masa, Investor juga akan mengawasi pergerakan bitcoin setelah cryptocurrency baru-baru ini melewati level $66.900 dan menyentuh level tertinggi baru sepanjang masa. Namun kemudian bergerak turun dan terakhir diperdagangkan pada $65,831,42 pada pukul 20:05. ET Rabu, menurut Coin Metric. Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang rekan-rekannya, berada di 93,596 – masih di bawah level di atas 94 yang terlihat awal pekan ini. Yen Jepang diperdagangkan pada 114,35 per dolar setelah menguat dari atas 114,4 terhadap dolar kemarin. Dolar Australia diperdagangkan pada $0,7519, mempertahankan kenaikan setelah naik dari bawah $0,744 awal pekan ini. Harga minyak lebih tinggi di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan patokan internasional minyak mentah di Bursa Berjangka Brent naik 0,19% menjadi $85,98 per barel. Demikian juga dengan minyak mentah di Bursa Berjangka AS, naik 0,47% menjadi $83,81 per barel - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA Sumber : vibiznews.com PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Jumlah kasus infeksi Covid-19 harian di Selandia Baru mencapai rekor, meskipun dorongan vaksinasi gencar dilakukan. Sebanyak 94 kasus infeksi baru tercatat, Selasa.
Jumlah ini melebihi rekor harian sebelumnya. Tetangga Australia itu sempat mencatat 89 kasus pada April 2020 lalu saat gelombang pertama infeksi Covid-19 menerjang negara tersebut. Di sisi lain, sekitar dua pertiga dari populasi yang memenuhi syarat sekarang telah sepenuhnya diinokulasi di negara itu. Namun kasus infeksi terus berkembang sejak virus corona varian Delta yang sangat menular pertama kali ditemukan pada pertengahan Agustus lalu. Kami tahu bahwa vaksinasi sudah membuat perbedaan yang signifikan terhadap wabah di Auckland, tetapi begitu juga orang-orang yang mengikuti aturan," kata Perdana Menteri Jacinda Ardern kepada wartawan, dikutip dari AFP. Sebelumnya Selandia Baru mendapat pujian luas atas tindakannya untuk menekan angka infeksi dengan melibatkan penguncian ketat, pelacakan kontak yang ketat, dan pembatasan pembatasan yang ketat. Langkah-langkah tersebut membuahkan hasil, dengan hanya 28 kematian dalam populasi lima juta. Kehidupan rumah tangga di sana juga mendekati normal untuk waktu yang lama. Tapi Ardern mengakui varian Delta adalah "pengubah permainan", menyebar pada tingkat yang terlalu cepat untuk diikuti oleh pelacak kontrak. Wabah, yang berpusat di kota terbesar Auckland, juga memaksa Ardern untuk membatalkan tujuan kebijakan intinya untuk menghilangkan virus demi meningkatkan upaya vaksinasi. Selandia baru kini memiliki total 5.153 kasus infeksi dan 28 kasus kematian sejak munculnya pandemi - PT RIFAN FINANCINDO Sumber : cnbcindonesia.com PT RIFAN BANDUNG - Harga emas dunia bergerak turun pada perdagangan pagi ini. Ke depan, separah apa nasib harga sang logam mulia? Harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.794,67/troy ons. Turun tipis 0,05% dari hari sebelumnya.
Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan harga emas masih bisa turun lagi. Menurutnya, harga komoditas ini akan menguji titik support US$ 1.783/troy ons. Jika tertembus, maka harga akan 'longsor' ke kisaran US$ 1.770-1.776/troy ons. Rabu lalu, harga emas naik cukup tajam. Setelah itu, harga bergerak zig-zag yang mengindikasikan akan ada penurunan yang cukup dalam," sebut Wang dalam risetnya. Sementara titik resistance harga emas, lanjut Wang, ada di US$ 1.9795/troy ons. Apabila tertembus, maka harga bisa naik ke rentang US$ 1.807-1.814/troy ons. Namun melihat grafik perdagangan harian, tambah Wang, sepertinya tren bearish masih membayangi harga emas. Kemungkinan harga bakal mengarah ke US$ 1,839-1.773/troy ons. Meski begitu, demikian Wang, jika ternyata harga bisa naik ke atas US$ 1.800/troy ons, maka pola ini menjadi tidak valid. Ketika ini terjadi, investor boleh memasang target bullish di US$ 1.828-1.862/troy ons - PT RIFAN Sumber : cnbcindonesia.com RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga emas naik 2 persen dipicu pelemahan dolar dan penurunan imbal hasil treasury AS, di tengah investor yang fokus pada risalah dari pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve (The Fed).
Harga emas di pasar spot naik 1,9 persen mendekati level tertinggi empat minggu di USD 1.793,86 per ounce. Harga emas berjangka AS melonjak 2,1 persen menjadi USD 1.795,60. Logam mulia lainnya mengikuti, dengan harga perak naik 2,7 persen menjadi USD 23,15 per ounce, platinum naik 1,2 persen menjadi USD 1.018,96 dan paladium naik 3,4 persen menjadi USD 2.114,71. Emas hanya mengikuti imbal hasil saat ini. Reaksi awal setelah data CPI (indeks harga konsumen) adalah lonjakan besar dalam imbal hasil, yang sekarang mulai memudar," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures melansir laman Kitco. Emas pada awalnya memangkas kenaikan karena patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik di atas 1,6 persen menyusul data yang menunjukkan harga konsumen AS meningkat secara solid pada bulan September dan siap untuk kenaikan lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang. Tetapi kemunduran berikutnya dalam imbal hasil, yang mengurangi biaya peluang memegang emas tanpa bunga, mendorong reli yang kuat pada logam mulia. Logam ini juga mendapat dukungan dari penurunan dolar dan kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi akan memukul pertumbuhan ekonomi global. Ekspektasi inflasi bercampur dengan kekhawatiran pertumbuhan global telah membuat banyak investor khawatir bahwa bisnis dan konsumen akan jauh lebih lemah di paruh kedua tahun 2022. Aliran safe-haven mulai datang ke arah emas," Edward Moya, analis pasar senior di brokerage. OANDA, kata dalam sebuah catatan. Investor sekarang menunggu rilis risalah dari pertemuan bank sentral AS, di tengah ekspektasi untuk pengurangan dukungan ekonomi segera bulan depan. Sementara itu, sekelompok bank yang bermitra dengan London Metal Exchange untuk meluncurkan emas dan perak berjangka pada 2017 bersiap untuk meninggalkan proyek tersebut setelah volume yang diharapkan tidak terwujud - RIFAN FINANCINDO BANDUNG Sumber : liputan6.com PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - CEO Social Capital, Chamath Palihapitiya mengatakan kalau saat ini investasi emas telah memiliki tandingannya yang kuat yakni Bitcoin. Kenapa begitu?
Saya dapat dengan yakin mengatakan bahwa Bitcoin telah secara efektif menggantikan emas, dan itu akan terus terjadi. Dan kapitalisasi pasar itu akan tumbuh. Sebelumnya, Palihapitiya pernah mengatakan awal tahun ini kalau nilai jual Bitcoin bisa mencapai US$ 200.000 suatu hari nanti. Sedangkan saat ini mata uang digital tersebut berada di level US$ 41.000. Baca artikel detikfinance, "Mantan Petinggi Facebook Lebih Pilih Bitcoin Apa Emas? Ini Jawabannya, Meski dia sangat meyakini kalau Bitcoin akan terus tumbuh dan berkembang, namun mantan eksekutif Facebook itu tidak dapat memperkirakan secara pasti bagaimana perkembangan kripto ke depan. Saya tidak tahu kemana perginya," kata Palihapitiya. Palihapitiya mungkin tidak dapat memprediksi secara pasti ke mana arah harga Bitcoin selanjutnya, namun ia masih yakin melihat uang kripto tersebut bisa menjadi sangat besar. Saya adalah banteng intelektual yang besar. Itu bisa menjadi sangat besar. Kita semua harus memperhatikannya," jelasnya lagi, Mengenai peraturan potensial dari Komisi Sekuritas dan Bursa, Palihapitiya mengatakan uang kripto hanya literasi dari internet dan akan sulit untuk diatur. "Saya pikir sangat sulit untuk dibunuh," kata Palihapitiya. "Ini benar-benar tanpa kepala. Ini sepenuhnya peer to peer. Saya pikir itu menakutkan dan menggembirakan," jelanya - PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA Sumber : detik.com PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - CEO JPMorgan Jamie Dimon menegaskan kembali dirinya bukanlah penggemar Bitcoin, meski perusahaan yang dipimpinnya menyediakan akses kepada nasabah untuk membeli uang kripto (cryptocurrency) populer itu.
Saya secara pribadi menilai Bitcoin tidak berharga," ujar Jamie Dimon dalam sebuah acara yang berlangsung kemarin Klien kami sudah dewasa. Mereka tidak setuju dengan itu. Itulah yang menciptakan pasar. Jadi jika mereka ingin membeli Bitcoin secara pribadi, kami tidak bisa menahan itu tetapi kami memberikan mereka akses yang resmi, sebersih mungkin Sikap pribadi Jamie Demon soal Bitcoin cukup konsisten. Baru-baru ini ia memberi tahun CEO Axios Jim VandeHei bahwa Bitcoin "tidak memiliki nilai intrinsik Meskipun Bitcoin akan ada dalam jangka panjang. "Saya selalu percaya Bitcoin akan menjadi ilegal di suatu tempat, seperti China membuatnya Ilegal, jadi Saya pikir Bitcoin itu sedikit mirip emas bodoh." Ia juga percaya regulator akan mengatur Bitcoin secara ketat. JPMorgan sendiri menggarap uang kripto. Pada 2019, perusahaan meluncurkan mata uang digital yang disebut JPM Coin. Pada Oktober 2020, perusahaan menciptakan unit baru untuk proyek-proyek blockchain. Pada bulan Agustus lalu, CNBC International melaporkan JPMorgan sudah memulai menawarkan akses ke kripto funds pada nasabah Wealth Management atau orang-orang kaya. Mengutip Coindesk, pada 12 Oktober 2021, pukul 09.23 WIB, Bitcoin diperdagangkan senilai US$57,041 per koin atau naik 3% dari sehari sebelumnya. Harga tertinggi sepanjang masa Bitcoin sebesar US$64.888 per koin - PT RIFAN FINANCINDO Sumber : cnbcindonesia.com PT RIFAN BANDUNG - Pembicaraan mengenai kapan bank sentral Amerika Serikat (AS) alias Federal Reserve (The Fed) mulai memutuskan mengurangi program pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan tapering off terus menghiasi pemberitaan akhir-akhir ini.
Sebelumnya, kebijakan moneter longgar dengan memasok uang lebih banyak ke pasar dilakukan The Fed untuk membantu ekonomi AS yang terkontraksi akibat pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak awal tahun lalu. Setelah berbulan-bulan penuh pertanyaan mengenai jadwal tapering The Fed, pada akhir bulan lalu Ketua The Fed Jerome Powell telah mengindikasikan bahwa pemangku kebijakan di bank sentral terkuat dunia tersebut sepakat pengurangan pembelian aset bisa dimulai secepatnya pada November tahun ini, selama angka tenaga kerja September bagus. Peluang tapering di akhir tahun semakin menguat melihat proyeksi suku bunga terbaru The Fed. Mayoritas anggota The Fed kini melihat suku bunga akan dinaikkan tahun depan, lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada tahun 2023. Apalagi, Powell juga menyatakan tapering akan selesai pertengahan tahun depan. Nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar per bulan. Dari total US$ 120 miliar/bulan saat ini, The Fed membeli Treasury sebesar US$ 80 miliar/bulan dan efek beragun aset KPR US$ 40 miliar/bulan. Kepala investasi di BlackRock, Rick Rieder, memperkirakan saat tapering dilakukan The Fed akan memangkas US$ 10 miliar pembelian obligasi (Treasury) dan US$ 5 miliar pembelian efek beragun aset KPR. Artinya, jika The Fed konsisten setiap bulannya melakukan tapering US$ 10 miliar untuk Treasury dan US$ 5 miliar, maka nilai quantitative easing baru akan nol dalam tempo 8 bulan. Persis seperti proyeksi Powell selesai di pertengahan tahun depan. Data Pekerjaan Meleset, Tapering Bakal Tetap Dilakukan Akhir Tahun? Sementara, pada Jumat waktu AS, data pemerintah menunjukkan jumlah lapangan kerja baru (di luar sektor pertanian) di AS hanya bertambah 194.000 pada September, atau jauh dari ekspektasi dalam survei Reuters di angka 500.000. Realisasi itu juga lebih buruk dari angka Agustus (versi revisi) yang sebesar 366.000, atau lebih tinggi dari pembacaan awal sebanyak 235.000. Namun, Kathy Lien, Managing Director di BK Asset Management di New York, berpendapat bahwa The Fed akan tetap mulai melakukan tapering terlepas data pekerjaan tidak sebagus yang diharapkan. "Saya pikir Federal Reserve (The Fed) menjelaskan dengan sangat jelas bahwa mereka tidak memerlukan laporan pekerjaan blockbuster untuk mulai melakukan tapering pada bulan November," kata Kathy Lien, kepada Reuters, dikutip CNBC Indonesia, Sabtu. Kathy melanjutkan, menurutnya, The Fed akan tetap di jalurnya alias bakal tetap melakukan tapering mulai akhir tahun ini. Pertanyaannya, apabila tapering terjadi pada November atau bulan depan, aset apa yang perlu dihindari? Ada satu di antara sejumlah aset lainnya, yang menderita selama pembicaraan soal tapering dimulai sepanjang tahun ini. Aset tersebut adalah emas. Melihat Kembali 8 Tahun Silam Berkaca pada kejadian 8 tahun lalu, atau 2013, ketika tapering membuat emas dunia masuk ke dalam tren bearish hingga tahun 2015. Harga emas pun hancur. Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, titik terendah emas yang dicapai yakni US$ 1.045,85/troy ons pada 3 Desember 2015. Jika dilihat dari rekor tertinggi saat itu yang dicapai pada September 2011 US$ 1.920,3/troy ons hingga ke level terendah tersebut, artinya harga emas dunia ambrol 45,54% dalam tempo 4 tahun. Ketakutan tersebut tentunya muncul lagi di tahun ini, sebab The Fed sudah berancang-ancang melakukan tapering. Sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus 2020 lalu, harga emas cenderung menurun. Salah satu penyebabnya ekspektasi tapering. Memang, tapering, yang nantinya bisa diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan--dan mungkin juga imbal hasil obligasi AS (US Treasury tenor 10 tahun)--bisa menekan harga emas. Ini lantaran permintaan terhadap emas berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga--semakin tinggi suku bunga, akan membuat permintaan emas rendah dan begitu pula sebaliknya. Selama ini, emas cenderung akan dijadikan aset lindung nilai (hedging) jangka panjang oleh investor ketika ekonomi kurang bersahabat, seperti misalnya ketika inflasi melesat. Tetapi, seperti disebutkan di atas, The Fed akan melakukan tapering pada akhir tahun ini seiring laju inflasi yang tergolong tinggi dan data ekonomi lainnya 'bagus' demi mencegah mesin ekonomi panas (overheating). Tentu, ini bukan kabar baik bagi si logam kuning. Menurut data Refinitiv, harga emas dunia di pasar spot turun 0,21% ke posisi US$ 1.756,67/troy ons dalam sepekan. Selama sebulan emas melorot 3,64%, sedangkan sepanjang 2021 ambles 7,37%. Masih Ada Harapan untuk Emas? Tapering memang akan membuat harga emas tertekan, tetapi kali ini justru banyak yang melihat emas masih punya kesempatan melesat. Bank of America (BofA) menjadi salah satu institusi yang memprediksi harga emas akan melesat lagi. BofA mengakui jika tapering akan menekan dan membatasi penguatan harga emas, tetapi tidak menghilangkan potensi emas ke US$ 1.900/troy ons di akhir tahun ini. BofA menjelaskan, emas akan berada di rentang US$ 1.800/troy ons dalam 3 bulan terakhir atau sepanjang kuartal IV tahun ini. Dalam proyeksi terbarunya yang dirilis akhir Agustus, analis komoditas dari BofA mengatakan emas kehilangan kemilaunya karena para investor menanti kepastian tapering dari The Fed. Tetapi, ada satu hal yang membuat outlook emas cerah, yakni inflasi yang tinggi di Amerika Serikat (AS). "Saat perekonomian AS terakselerasi, inflasi seharusnya naik, dengan pasar melihat outlook inflasi yang melandai, ketika terjadi kenaikan tajam maka hal itu akan mendorong kenaikan harga emas. Fokus pelaku pasar tertuju pada tapering, sehingga emas menjadi kurang menarik bagi investor saat ini," kata analis BofA, sebagaimana dilansir Kitco. Selain itu, investor ternama Jeffery Gundlach yang dikenal sebagai "Raja Obligasi" juga melihat harga emas akan terus menanjak. Tetapi Gundlach melihatnya dalam jangka panjang akibat dolar AS yang akan mengalami penurunan. Menurutnya, penurunan dolar AS tidak bisa dihindari, sebab kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah AS, yang membuat utang menjadi membengkak. Ia memprediksi dolar AS setidaknya akan ambrol 25%. "Keyakinan saya yang pertama adalah dalam beberapa tahun ke depan, saya tidak berbicara hitungan bulan sama sekali tetapi tahun, dolar AS akan terus mengalami penurunan," kata Gundlach pada Yahoo Finance. Penurunan dolar AS menjadi salah satu alasan kita akan memilih emas. Saya pikir harga emas akan naik sangat tajam, tetapi saat ini masih berhibernasi," tambahnya. Memang, saat ini pemulihan ekonomi global masih berpotensi diwarnai hambatan, termasuk sentimen negatif dari kasus krisis likuiditas perusahan properti di China hingga krisis energi yang dialami sejumlah negara. Lebih lanjut, analis Sprott Asset Management dalam ulasannya di Kitco, pada Selasa, menjelaskan, selain hal di atas, masih rendahnya suku bunga juga riil turut menyumbang dorongan terhadap harga emas. "Ketidakpastian pasar yang meningkat dan adanya tanda-tanda pelemahan pertumbuhan ekonomi global menjadi alasan kuat bagi para investor untuk mempertimbangkan lagi emas," jelasnya - PT RIFAN Sumber : cnbcindonesia.com www.rifan-berjangka.com/RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG - Harga emas dunia turun pada perdagangan kemarin. Sepanjang nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) masih dalam tren menguat, sepertinya emas tidak punya kesempatan untuk bangkit.
Kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 1.733,91/troy ons. Turun 0,91% dari posisi haru sebelumnya. Harga emas sedang menjalani tren bearish. Dalam sepekan terakhir, harga sang logam mulia anjlok 2,27% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, koreksinya mencapai 4,21%. Harga emas sulit menguat karena tertahan apresiasi dolar AS. Pada pukul 04:34 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,37%. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index membukukan kenaikan 0,56% point-to-point. Selama sebulan ke belakang, indeks ini naik 1,13%. Kurs dolar AS dan harga emas punya hubungan berbanding terbalik. Saat dolar AS perkasa, maka emas pun merana. Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dengan dolar AS. Kala dolar AS terapresiasi, emas jadi lebih mahal buat investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas turun, harga pun mengikuti. Pasar memperkirakan tren penguatan dolar AS akan berlangsung lama. ING dalam risetnya menilai tren bullish dolar AS bakal semakin kuat mulai kuartal II-2022, saat kenaikan suku bunga acuan sepertinya sudah di depan mata. Laju penguatan dolar AS semakin cepat karena respons pasar terhadap rencana pengetatan kebijakan The Fed. Ini yang membuat kami berada di posisi bullish untuk dolar AS, terutama mulai kuartal II tahun depan," sebut riset ING. Semakin kuat dolar AS, maka emas akan semakin lemah. Kalau tren penguatan dolar AS bakal panjang dan lama, maka sepanjang dan selama itulah harga emas bakal tertekan - RIFAN FINANCINDO BERJANGKA Sumber : cnbcindonesia.com |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
February 2022
Categories |