PT RIFAN BANDUNG - Bursa saham Asia ditutup ambles pada perdagangan Senin di tengah kabar positif dari disahkannya RUU stimulus Amerika Serikat (AS) oleh Senat AS pada akhir pekan lalu.Hanya indeks Straits Times Singapura saja yang mampu bertahan di zona hijau, di mana indeks saham acuan negeri Singa tersebut ditutup melesat 1,78% ke level 3.067,54.
Sedangkan bursa utama Asia lainnya ditutup di zona merah, bahkan tiga indeks utama Asia ditutup ambles pada hari ini. Tiga indeks utama tersebut yakni indeks Hang Seng Hong Kong yang ditutup ambles 1,34% ke 28.708,93, Shanghai Composite China ambrol 1,01% ke 3.466,51, dan KOSPI Korea Selatan merosot 1% ke 2.996,11. Sementara itu untuk indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,25% ke 28.792,62 pada hari ini. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terdampak dari pelemahan bursa Asia hari ini. Namun, pelemahan indeks bursa saham nasional tersebut masih cenderung kecil, yakni ditutup melemah 0,12% ke 6.251,15 pada perdagangan Senin ini. Data perdagangan mencatat nilai transaksi pada perdagangan hari ini sebesar Rp 10,8 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 414 miliar di pasar reguler. Pelemahan bursa Asia terjadi karena valuasi bursa saham Asia sudah cukup tinggi, terutama saham-saham teknologi, sehingga hal tersebut dapat mengundang aksi jual investor dan membuat bursa Asia ditutup berjatuhan. Sementara itu, stimulus fiskal AS senilai US$ 1,9 triliun yang sudah disetujui oleh Senat AS dan data ekonomi yang optimis secara global dapat mendorong imbal hasil (yield) obligasi lebih tinggi. Sebelumnya, Senat AS pada Sabtu mengesahkan Undang-Undang stimulus fiskal senilai $ 1,9 triliun dari Presiden Joe Biden, sehari setelah data ketenagakerjaan AS yang menunjukkan bahwa ekonomi AS mulai menciptakan lebih banyak pekerjaan daripada yang diharapkan pada bulan Februari lalu. Sementara itu, data perdagangan China periode Februari 2021 yang dirilis pada Minggu (7/3/2021) kemarin menunjukkan bahwa ekspor tumbuh pada rekor kecepatan bulan lalu, menandakan pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Berdasarkan data dari Trading Economics, ekspor Negeri Tirai Bambu pada Januari-Februari 2021 tercatat naik cukup signifikan, yakni sebesar 60,6% (year-on-year/YoY). Adapun untuk impor China juga naik signifikan dari sebelumnya pada Desember 2020 sebesar 6,5% menjadi 22,2% (YoY) untuk periode Januari hingga Februari 2021. Data ekonomi yang kuat dan harapan implementasi stimulus (AS) tidak hanya mengarah pada ekspektasi bahwa laju pemulihan ekonomi akan semakin cepat, tetapi juga memberikan tekanan lebih lanjut pada kenaikan suku bunga, kata analis Daishin Securities, Lee Kyoung-min - PT RIFAN Sumber : cnbcindonesia.com
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
February 2022
Categories |