PT RIFAN BANDUNG - Nilai tukar poundsterling (GBP) menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin setelah merosot tajam sepanjang bulan April. Sentimen pelaku pasar yang memburuk membuat rupiah tertekan pada perdagangan hari ini.
Pada pukul 13:15 WIB, GBP 1 setara dengan Rp 18.711,67, poundsterling menguat 0,95% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di akhir Maret, kurs poundsterling masih di atas Rp 20.000/GBP, tetapi sepanjang bulan April, poundsterling ambles nyaris 8% hingga menyentuh level terlemah sejak bulan 23 Maret. Akibat penurunan tajam tersebut, poundsterling tentunya terlihat lebih murah dan kembali memicu aksi beli, apalagi sentimen pelaku pasar yang sedang memburuk sehingga kurang menguntungkan bagi rupiah. Memburuknya sentimen pelaku pasar terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bisa saja mengenakan bea masuk impor akibat cara penanganan virus corona yang dilakukan China sehingga menjadi pandemi global. Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis waktu setempat. Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif. Selain itu, Trump juga menuduh virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi. Selain itu, rupiah juga mendapat tekanan dari dalam negeri. IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011. Indeks dari Markit menggunakan angka 50 sebagai batas, di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atas berarti ekspansi. Data terbaru tersebut menunjukkan kontraksi sektor manufaktur Indonesia yang semakin dalam, akibatnya kinerja rupiah semakin terpuruk. Menurut Markit kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka memerangi Covid-19 menjadi penyebab kontraksi tersebut. Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08%. Adapun secara tahunan inflasi berada di 2,67%, Dari 90 kota, BPS melaporkan 39 kota mengalami inflasi dan 51 kota terjadi deflasi. Pergerakan inflasi ini tidak biasa dengan pola sebelumnya, tahun lalu masuk Ramadan dan jatuh pada Mei inflasi meningkat tahun ini justru melambat," kata Kepala BPS Suhariyanto, Senin, situasi Covid-19 ini yang menurut Suhariyanto menyebabkan pola tidak biasa. Permintaan harusnya meningkat apalagi memasuki bulan puasa dan Idul Fitri. Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat yang menurun, akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penerapan PSBB di beberapa wilayah Indonesia. Virus corona terus menunjukkan dampak buruknya ke perekonomian yang memberikan tekanan tambahan bagi rupiah hari ini. Jika pounsterling menguat nyaris 1% melawan rupiah, melawan dolar AS mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini justru melemah 0,54% ke US$ 1,2435, memburuknya sentimen pelaku pasar juga berdampak negatif bagi poundsterling jika berhadapan dengan dolar AS, mengingat Mata Uang Paman Sam menyandang status aset aman (safe haven). Poundsterling melawan dolar Amerika Serikat (AS) sebenarnya dalam tren menajak sejak 22 April lalu. Dalam 8 hari perdagangan, pounsterling berhasil menguat 6 hari nyaris stagnan 1 kali, dan melemah sekali pada 1 Mei lalu. Sayangnya pelemahan tersebut berlanjut pada hari ini. Secara teknikal jika melihat grafik 1 jam, poundsterling atau yang disimbolkan dengan GBP/USD sudah menembus ke bawah trend line naik yang dibentuk sejak 21 April lalu. GBP/USD sempat rebound tetapi setelah menyentuh trend line kembali turun, pergerakan terseeut bisa menjadi sinyal berlanjutnya penurunan GBP/USD. Resisten (tahanan atas) terdekat berada di kisaran area US$ 1,2465, selama tertahan di bawah level tersebut GBP/US$ berpeluang turun ke US$ 1,3385, indikator stochastic yang oversold sebenarnya membuka peluang rebound. Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, GBP/USD berpeluang naik, yang artinya poundsterling berpeluang rebound ketika stochastic mencapai oversold. Tetapi sekali lagi, rebound kemungkinan masih akan terbatas di resisten US$ 1,2465. Hanya penembusan konsisten di atas level tersebut yang bisa membawa GBP/USD berbalik menguat melawan dolar AS pada hari ini - PT RIFAN Sumber : cnbcindonesia,com
0 Comments
Leave a Reply. |
Official Website
PT Rifan Financindo Berjangka Archives
January 2021
Categories |