PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai ditransaksikan melemah signifikan pada awal perdagangan hari ini, Selasa.
Koreksi harga minyak masih dipicu oleh kenaikan kasus infeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di banyak negara terutama Amerika Serikat (AS). Pada 09.50 WIB harga kontrak berjangka Brent turun 2,01% ke US$ 41,86/barel dan untuk acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) ambles lebih dalam dengan koreksi sebesar 2,37% ke US$ 39,15/barel. Kedua kontrak acuan ini juga terpangkas 1% pada perdagangan Senin Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan pertambahan kasus baru infeksi Covid-19 di AS dalam lima hari terakhir rata-rata mencapai angka 60 ribu kasus dalam seharinya. Gubernur California pada hari Senin memerintahkan bar dan restoran untuk tutup. Tak ketinggalan, teater film, kebun binatang dan museum di negara bagian terpadat di negara itu juga diminta untuk menghentikan kegiatan operasional indoornya ketika kasus infeksi melonjak. Dua distrik sekolah terbesar di negara bagian itu, di Los Angeles dan San Diego, juga mengatakan mereka hanya akan mengajar secara online ketika sekolah dilanjutkan pada bulan Agustus. Langkah-langkah yang ditempuh oleh California ini mengikuti negara bagian lain, seperti Florida dan Texas yang juga kembali menerapkan pembatasan untuk menekan kenaikan jumlah kasus. Dengan lockdown lunak di California sekarang seolah membingkai gambar, Juli bisa menjadi bulan yang lebih menantang untuk minyak, pasalnya permintaan yang diharapkan tinggi kini harus berhadapan dengan ketidakpastian terkait-virus, kata ahli strategi pasar AxiCorp Stephen Innes dalam sebuah catatan. Pasar juga akan mengawasi data konsumsi bahan bakar yang akan dirilis oleh kelompok industri American Petroleum Institute (API) Selasa dan dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu . Mengacu pada poling, para analis memperkirakan stok bensin AS turun 900.000 barel dan persediaan minyak mentah turun 2,3 juta barel dalam sepekan hingga 10 Juli. Dengan pertumbuhan permintaan bahan bakar yang kembali terhambat, pasar juga akan mengamati langkah selanjutnya dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+. Komite OPEC+ dikabarkan akan bertemu pada hari Selasa dan Rabu ini. Di bawah perjanjian yang ada, OPEC+ akan mengurangi jumlah pasokannya dari 9,7 juta barel per hari (bpd) menjadi 7,7 juta bpd dari Agustus hingga Desember. Analis Citi mengatakan peningkatan output sebesar 2 juta bpd dalam pada Agustus dapat membebani pasar mengingat ketidakpastian permintaan juga dibarengi dengan potensi kenaikan output Libya, potensi kenaikan 20% hingga 30% produksi Amerika Utara dan berakhirnya pembelian minyak mentah besar-besaran oleh China - PT RIFAN FINANCINDO Sumber : cnbcindonesia.com
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
February 2022
Categories |