PT RIFAN FINANCINDO BANDUNG - Bursa saham Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis ini karena kekhawatiran atas potensi kejatuhan ekonomi ke jurang resesi akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Di Asia, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi diprediksi berada di level nol persen untuk pertama kalinya dalam kurun 60 tahun pada 2020. Pertumbuhan ekonomi yang suram ini dikarenakan eksportir diterjang oleh permintaan yang merosot di tengah badai pandemi virus corona yang menyebabkan terjadi pembatasan aktivitas sehingga kondisi ini memaksa konsumen tinggal di rumah dan sejumlah usaha bisnis ditutup. Data perdagangan mencatat, bursa saham di China daratan ditutup menguat, di mana indeks Shanghai Composite naik 0,31% menjadi 2.819,94, sedangkan indeks Shenzhen naik 0,47% pada 1.744,39. Sementara pasar saham di Hong Kong, indeks Hang Seng turun 0,51%. Pasar saham Jepang juga masuk zona merah, indeks Nikkei 225 turun 1,33% menjadi 19.290,20, sementara indeks Topix melemah 0,82% menjadi 1.422,24. Saham-saham pendorong penurunan indeks Nikkei 225 di antaranya saham Sony anjlok 1%, Toyota Motor turun 2% dan Honda Motor jatuh 3,8%, sementara saham pembuat robot Fanuc turun 2,68% - PT RIFAN FINANCINDO Sumber : investing.com
0 Comments
PT RIFAN BANDUNG - Investor kini tengah mengamati potensi di sektor saham-saham energi yang terpukul dampak negatif covid-19 di tengah lonjakan terbaru harga minyak, hanya beberapa minggu setelah kontrak minyak mentah berjangka sempat anjlok di bawah nol untuk pertama kalinya.
Minyak Mentah WTI Berjangka jatuh 1,62% di $24,34 per barel dan Minyak Brent Berjangkat turun 1,52% ke $30,50 per barel. Untuk sebulan ini minyak WTI telah melonjak 25,20% dan minyak Brent 20,97%. Spekulasi ini sebenarnya cukup berisiko tinggi seperti dilansir Reuters Senin petang. Penurunan minyak selama berbulan-bulan telah menyeret valuasi sektor ini ke tingkat terendah dalam beberapa dekade, menurut beberapa perkiraan, sehingga meningkatkan daya tarik perusahaan untuk membeli. Namun kebangkrutan yang terjadi di sejumlah perusahaan minyak diperkirakan akan bertambah dan memilih portofolio saham yang salah dapat menyebabkan kerugian besar. Saham-saham sektor energi konsisten mencatatkan kinerja yang buruk selama dekade terakhir, bahkan kala produksi minyak mentah AS mencapai titik tertinggi sepanjang masa nyaris 13 juta barel per hari. Perlambatan ekonomi dunia dipicu pandemi covid-19 semakin memukul harga minyak yang sudah mengalami penurunan setelah negara eksportir utama Arab Saudi dan negara mitra lainnya membanjiri pasar dengan menciptakan tingkat rekor pasokan. Valuasi untuk perusahaan-perusahaan eksplorasi dan produksi minyak, yang diukur dengan nilai perusahaan untuk investasi kas kotor, berada di dekat level terendah sejak 1995 pada akhir April lalu, menurut Goldman Sachs Group Inc (NYSE:GS) (NYSE:GS). Namun harga minyak telah naik dari rekor terendah dalam beberapa pekan terakhir karena beberapa negara dan AS bertahap mulai membuka kembali perekonomian, memicu harapan permintaan besar minyak akan datang. Sumber : investing.com |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
February 2022
Categories |